Sabtu, 22 November 2008

Mengapa dan Untuk Apa Berpolitik

Ada sebuah diskusi panel yang cukup menarik di Yogyakarta. Diskusi itu membahas tentang partai politik dan masalah demokrasi di Indonesia. Diskusi itu meriah berkat kedatangan sejumlah pakar yang handal di bidang masing-masing. Ketika berbicara tentang esensi politik, sejumlah peserta diskusi mengutip pendapat pakar politik barat. Namanya Harold Lasswell. Menurut pakar ini, politik adalah kegiatan masyarakat yang berkisar pada masalah-masalah “siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana” (who gets what, when and how).

Pengertian cakupan politik seperti itu memang tidak salah. Dalam kenyataan, persoalan politik selalu menyangkut siapa yang sedang mengejar apa. Kemudian juga kapan dan bagaimana yang dikejar itu dapat diperoleh. Sebagai misal, siapa saja yang ingin menjadi ketua partai? Kemudian kapan dan bagaimana kursi ketua partai itu dapat diraih? Dengan cara yang wajar atau tidak? Timing nya tepat atau tidak? Dan sebagainya.

Peristiwa politik memang sarat dengan hal-hal seperti di atas. Siapa yang ingin menjadi anggota parlemen, gubernur, bupati, menteri, presiden, dsb., selalu menarik untuk dianalisis. Kemudian kelompok-kelompok politik mana saja yang mendukung siapa tersebut. Lantas masalah kapan dan bagaimana selalu merupakan masalah-masalah menarik yang menyertainya. Akan tetapi dalam diskusi yang saya ikuti itu beberapa peserta mengajukan kritik pada konseptualisasi politik seperti dikemukakan oleh Pak Lasswell di atas. Mereka mengatakan bahwa ada dimensi penting yang hilang dalam konsep itu.

Salah seorang peserta mengatakan bahwa persoalan politik itu seharusnya berbunyi who gets what, when, how and why. Why atau mengapa, itu sangat penting sekali. Dan ini justru hilang. Why menanyakan motivasi atau niat dan sekaligus tujuan, mengapa seseorang atau sekelompok orang berkiprah dalam bidang politik. Mengapa ingin menjadi anggota DPR atau gubernur? Karena menginginkan sekedar perolehan keduniaan seperti gaji besar, status sosial yang tinggi dan mungkin juga kekuasaan atau karena tujuan yang lebih tinggi? Bila kita lihat ada pejabat yang melakukan korupsi atau sebagian politisi kita menghalalkan semua cara demi mencapai tujuan mereka, segera timbul pertanyaan yakni: apa sebab mereka tega melakukan perbuatan yang destruktif? Masih punyakah mereka dimensi akhlak atau dimensi moral?

Pernahkah mereka bertanya mengapa dan untuk apa mereka berpolitik itu? Why itulah barangkali yang hilang dari perpolitikan manusia modern. Karena pertanyaan why sudah ditenggelamkan, tidak aneh bila banyak para politisi dan pejabat kita yang kemudian kehilangan arah. Mengapa mereka berkampanye habis-habisan, mengapa mereka mengeluarkan biaya besar-besaran dan mengapa mereka sampai kadangkala berkhianat, bermain fitnah, dsb., tidak pernah dipertanyakan secara sungguh-sungguh. Why dalam bermain politik memang perlu dijawab secara jujur. Supaya politik kita benar-benar punya acuan etika dan moral yang kuat. Menurut Harold Lasswell, politik adalah kegiatan masyarakat yang berkisar pada masalah-masalah “siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana” (who gets what, when and how).
Pengertian cakupan politik seperti itu memang tidak salah. Namun ada dimensi penting yang hilang dalam konsep itu.

Persoalan politik itu seharusnya berbunyi who gets what, when, how and why. Why atau mengapa, itu sangat penting sekali. Dan factor ini justru dilupakan atau malah dihilangkan.Why menanyakan motivasi atau niat dan sekaligus tujuan, mengapa seseorang atau sekelompok orang berkiprah dalam bidang politik. Mengapa ingin menjadi anggota DPR atau gubernur? Karena menginginkan sekedar perolehan keduniaan seperti gaji besar, status sosial yang tinggi dan mungkin juga kekuasaan atau karena tujuan yang lebih tinggi?

Kalau pertanyaan why sudah ditenggelamkan, maka yang akan terjadi adalah para politisi dan pejabat kita yang kemudian kehilangan arah. Mengapa mereka berkampanye habis-habisan, mengapa mereka mengeluarkan biaya besar-besaran dan mengapa mereka sampai kadangkala berkhianat, bermain fitnah, dsb., tidak pernah dipertanyakan secara sungguh-sungguh. Why dalam bermain politik memang perlu dijawab secara jujur. Supaya politik kita benar-benar punya acuan etika dan moral yang kuat.